Tantangan menuju masyarakat peduli pengetahuan yang terakhir adalah
masalah sumber daya manusia (SDM). Sehebat apapun teknologi yang dibeli,
peralatan yang dipersiapkan, dana yang dikucurkan dan lain-lain,
tetaplah SDM di belakangnya yang paling berperan. Walaupun otomatisasi
telah merambah ke semua lini, tanpa ada SDM yang sanggup
mengoperasikannya, semua itu menjadi barang tak berguna. Demikian pula,
mengenai masalah moral. Apabila iptek diibaratkan sebagai pisau dengan
dua sisi, maka hanya SDM yang sadar etika saja yang dapat menghidari
terjadinya moral hazard. Dengan demikian, pengembangan SDM yang berkualitas secara intelektual dan moral adalah masalah yang sangat urgen.
Dalam pengembangan iptek, membangun ketertarikan generasi muda terus
berusaha dipacu oleh negara-negara maju. Berbagai sarana dimanfaatkan
termasuk program televisi yang lebih mudah dicerna, selain tentu saja
pendidikan di sekolah. Sayangnya di Indonesia, program-program televisi
dipenuhi oleh sinetron, kuis dan berita selebritis/politik. Kalaupun ada
program yang bersifat ilmu pengetahuan, berasal dari luar negeri
sehingga kepentingan dan kebutuhan lokal kurang terperhatikan.
Di Jepang, negara industri dengan perekonomian terkuat ke dua di
dunia, profesi yang paling diidamkan generasi mudanya adalah menjadi
pemainbaseball. Oleh karenanya, dalam UU ipteknya, penyebaran iptek untuk masyarakat umum menjadi salah satu prioritas.
Sayangnya, UU iptek kita yang sekarang kurang memberikan perhatian
penanganan SDM dengan tidak adanya bab/pasal khusus mengenainya. Tidak
mengherankan, sejak jaman Orde Baru praktik manajemen SDM kita
berantakan dan banyak terjadi brain drain baik secara geografis (dari dalam ke luar negeri) maupun sektoral (dari bidang iptek ke bidang ekonomi khususnya).
Pendidikan adalah kunci penting dalam pembinaan SDM. Dalam era
globalisasi dengan aliran SDM yang makin bebas, profesionalitas akan
makin dihargai. Di Jepang, servis cuci mobil oleh pekerja profesional,
bisa bertarif lima kali lebih besar daripada servis serupa oleh pekerja
biasa. Tapi untuk dikatakan profesional, pekerja itu harus paham sampai
kepada bagaimana proses pengecatan bodi mobil yang akan dicuci.
Sudah tidak “jamannya”, lembaga-lembaga pendidikan kita berlomba
mencetak dokter/insinyur/sarjana hukum dan sebagainya,
sebanyak-banyaknya lagi. Setiap orang dilahirkan dengan potensi berbeda.
Pendidikan yang sukses adalah yang dapat menggali potensi tersebut
sekaligus memberi bekal moral.
sumber : http://www.kamusilmiah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar